Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Contoh Review Jurnal Ilmiah

No

Kegiatan

Kritik

1

Judul Jurnal

Analysis of Value Chain Governance: Scenarios to Develop Small-Scale Furniture Producers

2

Jurnal

JMHT

3

Volume

Volume XV, 3

4

Halaman

96-101

5

Tahun

Desember 2009

6

Penulis

Rika Harini Irawati, Melati and Herry Purnomo

7

E-mail

r.irawati@cgiar.org

8

Review

Apolinaris S. Awotkay

9

Tanggal

12 Oktober 2018

10

Abstrak

Dalam penulisan abstrak ini penulis memaparkan bawha  Industri mebel telah menunjukkan rantai panjang produksi untuk konsumsi, dari produsen bahan mentah (penanam pohon), produsen setengah jadi, produsen produk jadi, dan pengecer ke eksportir. Jepara sebagai pusat industry mebel di Indonesi telah menggabungkan sekitar 15.000 unit bisnis dan memperkerjakan tenaga kerja sekitar 170.000 pekerja. Sektor ini menyumbang sekiatar 27% pendapatan domestic bagi orang Jepara. Selanjutnya penulis menjelaskan bahwa  Ketidakseimbangan kekuatan dan informasi di seluruh rantai nilai mebel telah mengakibatkan masalah distribusi keuntungan yang tidak merata di antara para pelaku industri. Produsen mebel UKM telah mengalami distribusi nilai tambah yang tidak adil. Oleh karena itu, pengembangan UKM penting untuk memperkuat industri dan diharapkan menghasilkan sebagian dari distribusi nilai tambah bagi mereka. Dalam penelitian ini juga penulis menjelaskan suatu skenario unutk meningkatkan industri mebel di Jepara yaitu dengan mengidentifikasi masalah mereka dan menarapkan  Analisis Rantai Nilai (Value Chain Analysis / VCA). VCA adalah pendekatan untuk mendeskripsikan hubungan produsen UKM dengan pelaku lain dalam industri dan jenis pemerintahan dari hubungan mereka. Data yang dikumpulkan penulis berupa wawancara UKM terpilih dari asosiasi produsen skala kecil di Jepara.  Penelitian ini akan menghasilkan skenario masa depan dan titik intervensi untuk meningkatkan keberlanjutan produsen berskala kecil dan distribusi nilai tambah yang lebih baik di antara para pelaku furnitur.

Dari penjelasan yang disamapaikan oleh penulis dalam abstak secara keseluruhan sudah cukup baik terutama pemaparan masalahnya, hanya mungkin yang kurang dijelaksn dengan baik adalah tujuan daripada penelitian ini. 

11

Kata Kunci

Kata kunci dalam jurnal ini yaitu;   furniture, value chain, governance, scenario, small-scale (perabotan, rantai nilai, tata kelola, skenario, skala kecil). Menurut saya kata kunci ini cocok dengan penelitian ini sehubungan dengan apa yang sudah diuraikan penulis dalam abstrak.

12

Pendahuluan

Pada pendahuluan ini penulis menyampaikan bahwa

Perabotan secara tradisional menjadi industri sumber daya dan tenaga kerja yang mencakup baik perusahaan berbasis kerajinan lokal dan produsen volume besar. Jati dan mahoni adalah kayu tropis paling berharga yang digunakan untuk perabotan.

Selanjutnya disampaikan bahwa  Pada tahun 1998 industri mebel Indonesia mengalami ledakan dan beralih ke produksi massal mebel bernilai rendah untuk pasar nasional dan internasional. Tren ini sangat mengganggu keberlanjutan kayu mahoni dan jati perkebunan, dan baru-baru ini industri furnitur kayu menjadi semakin kompetitif, dengan lebih banyak produsen memasuki pasar dan harga jatuh.  Furniture adalah sektor di mana UKM memiliki peran penting, maka penurunan furnitur akan meningkatkan tingkat kemiskinan. Penulis juga menyampaikan bahwa  Menurut survei sebelumnya pada tahun 2005, 92% dari unit usaha yang ada adalah skala kecil (Roda et al. 2007). Peningkatan industri mebel akan meningkatkan kuantitas pekerjaan tersedia dan karena itu mengurangi pengangguran. Jumlah nilai tambah dalam rantai nilai furnitur secara total sangat tinggi, tetapi distribusi keseimbangan dari nilai tambah dipertanyakan.  Selain itu, perusahaan-perusahaan finishing dan pengekspor menerima manfaat yang lebih besar daripada produsen furnitur skala kecil dan petani pohon. Penelitian ini menggunakan metode Value Chain Analysis (VCA) dan bertujuan untuk mengidentifikasi jenis tata kelola rantai nilai antara produsen furnitur skala kecil di Jepara, Central Jawa dengan rantai mereka ke atas dan ke bawah; dan mengeksplorasi masalah utama yang dihadapi oleh produsen skala kecil untuk merancang skenario untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk meningkatkan. Itu hasilnya akan digunakan untuk merancang skenario intervensi untuk meningkatkan industri furnitur di Jepara.

Dalam penulisan pendahuluan ini penulis menjelaskan dengan baik masalah-masalah yang mau teliti dalam penelitian ini serta solusi yang akan digunakan untuk mengatasinya, yang kurang dari pendahuluan ini adalah tidak dijelaskan secara piramida terbalik masalah yang mau diteliti, paling tidak poin-poinnya saja.

14

Metode Penelitian

Pada bagian metode penelitian penulis menjelaskan bahwa Analisis rantai nilai (VCA) menjelaskan kegiatan yang diperlukan untuk membawa produk atau layanan dari konsepsi atau desain, melalui fase produksi yang berbeda, hingga pengiriman ke konsumen akhir dan pembuangan setelah digunakan. Titik masuk untuk VCA dalam penelitian ini adalah kecil produsen skala. Kami mengidentifikasi hubungan dan jenis tata kelola antara produsen furnitur skala kecil dan aktor lain dalam industri. Responden diambil dari anggota asosiasi produsen skala kecil di Jepara yang terpilih menjadi juara lokal dan semoga mereka bisa menjadi agen perubahan bagi semua produsen skala kecil di Jepara. Jenis rantai nilai pada dasarnya akan menentukan keberhasilan poin intervensi dari strategi peningkatan.

Dari metode penelitian yang ditampilkan oleh penulis secara keseluruhan penulis tidak menjelaskan metode atau alat apa yang gunakan untuk meneliti serta tidak menyebutkan bahwa peneilitian ini merupakan penelitian kunatitatif ataupun kualitatif.     

15

Hasil dan Pembahasan 
Pada bagian hasil dan pembahasan penulis menyampaikan bahwa  Dari wawancara dengan responden, penulis dapat menggambar pemetaan awal dari masing-masing produsen terpilih. Ada beberapa jenis rantai yang bisa dijelaskan. Penulis  menemukan jenis yang serupa rantai yang menunjukkan hubungan antara produser ke atas dan ke belakang.  Para produsen skala kecil menjual produk mereka kepada eksportir yang juga bertindak sebagai perusahaan dan gudang akhir. Eksportir telah menentukan spesifikasi produk dan harganya. Beberapa produsen masih memiliki peluang untuk bernegosiasi tentang harga produk. Tapi tetap saja, mereka merasa bahwa harga tidak sesuai dengan upaya dan biaya produksi.  Para produsen tidak dapat menemukan pasar / pembeli baru dan mereka menunggu pembeli secara pasif. ILO (2006) mengusulkan empat jenis pemerintahan rantai nilai. Ada indikator untuk setiap jenis tata kelola rantai nilai (a) berbasis pasar, yang ditunjukkan oleh banyak pelanggan / banyak pemasok; transaksi berulang mungkin tetapi arus informasi terbatas; dan tidak ada bantuan teknis; (b) Jaringan seimbang, yang ditunjukkan oleh pemasok memiliki banyak pelanggan; arus informasi yang intens di kedua arah; dan kedua belah pihak memiliki kemampuan dan komitmen untuk memecahkannya masalah melalui negosiasi; (c) jaringan terarah, ditunjukkan oleh pemasok memiliki berbagai pelanggan; arus informasi yang intens di kedua arah; dan kedua belah pihak memiliki kemampuan dan komitmen untuk memecahkannya masalah melalui negosiasi; (c) jaringan terarah, ditunjukkan oleh pelanggan utama membutuhkan setidaknya 50% dari output; pelanggan mendefinisikan produk dan menyediakan teknis bantuan; dan informasi ketidakseimbangan; dan (d) hierarki, ditunjukkan oleh integrasi vertikal; memasok pendirian dimiliki oleh pelanggan; dan otonomi yang sangat terbatas untuk diambil keputusan di tingkat lokal.  Dalam beberapa kasus, ketika konsumen menjadi biasa, jenis rantai berubah menjadi jaringan yang seimbang (ILO 2006) atau menurut Gerrefy et al. (2005) itu menjadi rantai nilai modular. Selanjutnya penulis menambahkan bahwa Yang menarik, produsen jenis ini menggunakan kayu dari agroforestri berbasis masyarakat. Situasi ini terjadi karena mereka tidak mampu membeli kayu dari Perhutani. Tetapi jika pelanggan diminta untuk menggunakan Perhutani kayu, mereka akan menyediakannya. Hubungan antara pedagang kayu dan petani pohon dalam agroforestri berbasis masyarakat adalah rantai nilai relasional. Itu terjadi karena pedagang kayu memiliki kekuatan lebih besar daripada petani pohon sehingga kontrol diletakkan oleh mereka. Tapi, itu saling ketergantungan untuk kedua belah pihak.
Dalam penelitian ini penulis cukap baik dalam menjelaskan rantai pasokan untuk produsen namun peneliti tidak menjelaskan adanya variabel-variabel yang saling mempenagruhi, atapun hasil yang didapat dari penelitian ini sehingga penelitian kemungkinan dapat membingunkan pembaca.

 

Diskusi
Pada penulisan diskusi penulis menyampaikan bahwa Inisiatif rantai nilai memiliki dimensi vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal terkait dengan berbagai tahap rantai, sementara dimensi horizontal terkait dengan tahap rantai nilai yang sama (ILO 2006). Baru-baru ini, masalah yang dihadapi oleh produsen furnitur terkait dengan pemasaran, modal dan material kayu. Untuk meningkatkan strategi berdasarkan masalah yang dihadapi, kami mengusulkan satu skenario untuk dimensi horizontal dan tiga skenario untuk dimensi vertikal. Skenario untuk dimensi horizontal adalah Skenario Asosiasi Skala Kecil. Asosiasi atau koperasi adalah bentuk umum dari skenario ini. Semua Responden yang diwawancarai untuk penelitian ini adalah anggota Jepara Small Scale Furniture Association (APKJ) yang sudah terbentuk pada bulan Desember 2008. Visi dari asosiasi ini adalah untuk meningkatkan kemampuan produsen furnitur skala kecil untuk mandiri dan memiliki daya saing di pasar global, untuk memberdayakan anggota APKJ menuju kesejahteraan dan untuk kemajuan mebel Jepara industri. Misinya adalah untuk meningkatkan keterampilan produsen furnitur skala kecil untuk posisi tawar yang lebih baik, untuk menciptakan harga pasar yang adil, dan untuk memfasilitasi akses ke kredit. Melalui skenario ini, keseimbangan kekuatan antara bisnis skala kecil (produsen skala kecil, pedagang kayu skala kecil, dan petani pohon) dan pemain besar dapat ditingkatkan. Mereka dapat memiliki posisi tawar yang lebih baik untuk bernegosiasi dengan broker dan eksportir karena kualitas dan keunikan produk yang lebih baik. Skenario ini telah direncanakan untuk didekati oleh anggota APKJ untuk berkolaborasi dengan petani di satu daerah di kabupaten Jepara untuk menghutankan kembali lahan yang ditanam. Tujuannya adalah memiliki stok kayu yang cukup untuk anggota APKJ. Memproduksi produk furnitur bersertifikat membutuhkan koordinasi antara berbagai tahap dalam rantai nilai. Skenario ini hanya dapat dilakukan dengan mengintegrasikan kompetensi berbagai anggota rantai nilai, misalnya Perhutani atau wanatani berbasis masyarakat untuk produsen kayu berskala kecil bersertifikat untuk pemrosesan bersertifikat, dan eksportir untuk pemasaran kepada pelanggan tertentu.
Secara keselurhan pembahasan dalam diskusi ini sangat baik karena menjelaskan secara rinci skenario rantai pasokan sehingga memudahkan pembaca dalam memahami penelitian ini.  

16

Kesimpulan
 
Pada penelitian ini penulis menyimpukan bahwa  Sebagian besar unit bisnis dalam industri mebel berskala kecil dan mereka sangat bergantung pada industri. Namun demikian, ketidakseimbangan kekuasaan dan informasi di seluruh rantai nilai furnitur, telah mengakibatkan masalah distribusi keuntungan yang tidak merata di antara para pelaku industri. Produsen furnitur skala kecil telah mengalami distribusi nilai tambah yang tidak adil. Oleh karena itu, pengembangan UKM penting untuk memperkuat industri dan diharapkan menghasilkan distribusi nilai tambah yang dibagikan kepada mereka. VCA adalah pendekatan untuk mendeskripsikan hubungan produsen UKM dengan pelaku lain dalam industri dan tipe pemerintahan dari hubungan mereka. Ada tiga jenis rantai nilai tata kelola yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu: berbasis pasar, jaringan terarah, dan jaringan seimbang. Ada empat skenario yang mungkin diterapkan untuk meningkatkan produsen furnitur berskala kecil, yaitu asosiasi skala kecil, berkolaborasi, bergerak maju, dan membuat skenario produk baru. Skenario pertama sudah diterapkan oleh furnitur skala kecil di Jepara. Dengan membentuk asosiasi ini, semoga skenario yang lain dapat diimplementasikan melalui koordinasi dengan pemangku kepentingan lain dan difasilitasi oleh pemerintah.
Secara keseluruhan pada kesimpulan ini penulis menyimpulkan sangat baik dari hasil dan pembahasan yang menjadi kekurangannya adalah kesimpulan ini tidak disertai rumusan masalah sebelumnya sehingga membuat pembaca kurang mengerti saat membacanya.

17

Kekuatan Penelitian
1.      Penjelsan mengenai skenario rantai pasokan yaitu  VCA sangat baik 
2.      Teori tentang VCA sangat akurat dan baik
3.      Hasil dan pembahasan cukup baik
4.      Kesempulannya sangat baik karena mampu menjawab permasalahan dalam penelitian

18

Kelemahan Penelitian
1.        Tujuan daripada penelitian ini Pada bagian Pendahuluan penulis kurang menjelaskan tujuan penelitian.
2.        Tidak menjelaskan metode atau alat apa yang gunakan untuk meneliti serta tidak menyebutkan bahwa peneilitian ini merupakan penelitian kunatitatif ataupun kualitatif.
3.        Peneliti tidak menjelaskan adanya variabel-variabel yang saling mempenagruhi, atapun hasil yang didapat dari penelitian ini sehingga penelitian kemungkinan dapat membingunkan pembaca
4.        Kurannya rumusan masalah sehingga pada saat pembahasan dan kesempulan walaupun mampu menjawab masalahnya penjelaskannya kurang dimengerti.

Post a Comment for "Contoh Review Jurnal Ilmiah"