STRUKTUR MODAL
A.
Defenisi
Struktur Modal
Struktur Modal adalah
perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri. Modal
asing dalam hal ini adalah utang jangka panjang maupun jangka pendek. Sedangkan
modal sendiri terbagi atas laba ditahan dan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Menurut
J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1996) mengatakan bahwa struktur modal
adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham
preferen, dan modal pemegang saham.
Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Untuk itu, dalam penetapan struktur modal suatu perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang memengaruhinya. Struktur modal merupakan masalah yang penting bagi perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan, terutama dengan adanya utang yang sangat besar akan memberikan beban kepada perusahaan.
B.
Komponen Struktur Modal
Komponen struktur modal
terdiri dari modal asing dan modal sendiri, dengan penjelasannya sebagai
berikut “Riyanto, 2008:227”:
a)
Modal Asing
Modal asing atau utang adalah
modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di
dalam perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan
utang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Dalam pengambilan keputusan akan
penggunaan utang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul
dari utang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage
keuangan dan semakin tidak pastinya tingkay pengembalian bagi para pemegang
saham biasa.
1)
Utang
jangka pendek (Short-term Debt)
Utang
jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun.
Sebagian besar utang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan yaitu kredit
yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya.
2)
Utang
jangka menengah (Intermediate-term Debt)
Utang
jangka menengah merupakan utang yang jangka waktunya adalah lebih dari satu
tahun atau kurang dari 10 tahun. Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka
menengah adalah :
·
Term Loan merupakan kredit usaha dengna umur
lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun.
·
Leasing merupakan suatu alat atau cara untuk
mendapatkan service dari suatu aktiva tetap yang pada dasarnya adalah sama
seperti halnya kalau kita menjual obligasi untuk mendapatkan service dan hak
milik atas aktiva tersebut, bedanya pada leasing tidak disertai hak milik.
3)
Utang
jangka panjang (Long-term Debt)
Utang
jangka panjang merupakan utang yang jangka waktunya adalah panjang, pada
umumnya lebih dari 10 tahun. Adapun jenis atau bentuk- bentuk utama dari utang
jangka panjang antara lain:
·
Pinjaman Obligasi merupakan pinjaman untuk
jangka waktu yang panjang, untuk debitur mengeluarkan surat pengakuan utang
yang mempunyai nominal tertentu.
· Pinjaman hipotik merupakan pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik pada suatu barang tidak bergerak, agar bila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutupi tagihannya.
b) Modal Sendiri
Modal
sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik
perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam
perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman
memiliki jatuh tempo.
Modal
sendiri menurut Bambang Riyanto (2008:228) didefinisikan sebagai berikut:
“Modal sendiri pada
dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di
dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya.”
Jadi
modal sendiri merupakan modal yang digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan
operasionalnya yang berasal dari pemilik perusahaan tersebut.
Modal
sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk P.T. terdiri dari:
a.
Modal Saham
Saham
adalah tanda bukti pengembalian bagian atau peserta dalam suatu P.T.
Adapun jenis-jenis
dari saham adalah sebagai berikut :
·
Saham biasa (Common Stock)
·
Saham Preferen (Preferred Stock)
·
Saham Kumulatif (Cummulative Preferred Stock)
b.
Cadangan
Cadangan
disini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang
diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun
yang berjalan.
Cadangan yang
termasuk modal sendiri adalah :
·
Cadangan ekspansi
·
Cadangan modal kerja
·
Cadangan selisih kurs
· Cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya (cadangan umum)
c.
Laba Ditahan
Keuntungan yang diperoleh oleh
suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan
oleh perusahaan. Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan
tertentu, maka dibentuklah cadangan sebagaimana yang telah diuraikan. Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan
tertentu mengenai penggunaan
keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut
merupakan “keuntungan yang ditahan.”
C.
Teori Struktur Modal
Setiap
ada perubahan struktur modal akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan,
hal ini disebabkan masing-masing jenis modal mempunyai biaya modal
sendiri-sendiri. Selain itu, teori struktur modal dianggap penting karena
besarnya biaya modal keseluruhan ini, nantinya akan digunakan sebagai cut of
rate pada pengambilan keputusan investasi.
Menurut
Hanafi (2012:297) teori mengenai struktur modal terdiri dari:
1.
Pendekatan Tradisional
Pendekatan
tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Dengan kata
lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Struktur
modal bisa diubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2.
Pendekatan
Modigliani dan Miller (MM)
Pada
pendekatan modigliani dan miller (MM), tahun 1960-an kedua ekonom tersebut
memasukan faktor pajak ke dalam analisis mereka. Mereka sampai pada kesimpulan
bahwa nilai perusahaan dengan utang lebih tinggi adalah tidak relevan
dibandingkan nilai perusahaan tanpa utang. Kenaikan tersebut dikarenakan adanya
penghematan pajak dari penggunaan utang.
3.
Teori Trade Off
Teori trade off merupakan gabungan antara teori struktur modal modigliani dan miller dengan memasukkan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan yang mengindikasikan adanya penghematan pajak dari utang dengan biaya kebangkrutan.
4.
Model
Miller dengan Pajak Perusahaan dan Personal
Modigliani dan miller mengembangkan
model struktur modal tanpa pajak dan dengan pajak. Nilai perusahaan dengan
pajak lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan tanpa pajak. Selisih
tersebut diperoleh melalui penghematan pajak karena bunga bisa dipakai untuk
mengurangi pajak. Miller kemudian mengembangkan model struktur modal dengan
memasukkan pajak personal. Pemegang saham dan pemegang utang harus membayar
pajak jika mereka menerima dividen (untuk pemegang saham) atau bunga (untuk
pemegang utang). Menurut model tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah tidak
hanya meminimalkan pajak perusahaan, tetapi meminimalkan total
pajak yang harus dibayarkan
(pajak perusahaan, pajak atas pemegang saham, dan pajak atas pemegang
utang).
5. Pecking
Order Theory
Teori pecking order bisa
menjelaskan kenapa perusahaan yang
mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat utang
yang lebih kecil. Tingkat utang yang kecil tersebut tidak dikarenakan
perusahaan mempunyai target tingkat utang yang kecil, tetapi karena mereka
tidak membutuhkan dana eksternal. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan
dana internal mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi.
6.
Teori
Asimetri Informasi dan Signaling
Konsep
signaling dan asimetri informasi
berkaitan erat. Teori asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan
dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai
informasi yang lebih baik dibandingkan pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai
informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak luar (investor). Karena itu
bisa dikatakan terjadi asimetri informasi antara manajer dengan investor.
Teori signaling adalah model dimana struktur
modal (penggunaan utang) merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke
pasar. Perusahaan yang meningkatkan utang bisa dipandang sebagai perusahaan
yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Karena cukup yakin,
maka manajer perusahaan tersebut berani menggunakan utang yang lebih besar. Investor diharapkan akan
menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.
Dengan demikian utang merupakan tanda atau signal positif.
D.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Struktur Modal
Tidak mudah bagi manajer untuk menentukan perimbangan struktur modal yang
optimal yaitu yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Masalah struktur modal
merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan karena baik buruknya
struktur modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi financial
perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2011:188) yang
dialih bahasakan oleh Ali Akbar Yulianto, faktor-faktor yang dapat mempegaruhi
keputusan struktur modal terdiri dari:
1.
Stabilitas Penjualan
Suatu
perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat secara aman mengambil utang
dalam jumlah yang lebih besar dan mengeluarkan beban tetap yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
2.
Struktur Aset
Perusahaan
yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan pinjaman cenderung akan
cukup banyak menggunakan utang. Aset umum yang dapat digunakan oleh banyak
perusahaan dapat menjadi jaminan yang baik, sementara tidak untuk aset dengan
tujuan khusus. Jadi, perusahaan real
estate biasanya memiliki leverage yang
tinggi sementara pada perusahaan yang terlibat dalam bidang penelitian
teknologi, hal seperti ini tidak berlaku.
3.
Leverage
Operasi
Perusahaan
dengan leverage operasi yang lebih
rendah akan lebih mampu menerapkan leverage
keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko usaha yang lebih rendah.
4.
Tingkat Pertumbuhan
Jika
hal yang lain dianggap sama, maka perusahaan yang memiliki pertumbuhan lebih
cepat harus lebih mengandalkan diri pada modal eksternal. Selain itu, biaya
emisi yang berkaitan dengan penjualan saham biasa akan melebihi biaya emisi
yang terjadi ketika perusahaan menjual utang, mendorong perusahaan yang
mengalami pertumbuhan pesat untuk lebih mengandalkan diri pada utang. Namun,
pada waktu yang bersamaan perusahaan tersebut seringkali menghadapi ketidakpastian
yang lebih tinggi, cenderung akan menurunkan keinginan mereka untuk menggunakan utang.
5.
Profitabilitas
Sering
kali diamati bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian atas investasi yang
sangat tinggi ternyata menggunakan utang dalam jumlah yang relatif sedikit.
Salah satu penjelasan praktisnya adalah perusahaan yang sangat menguntungkan
seperti Intel, Microsoft, dan Coca-Cola tidak membutuhkan pendanaan utang
terlalu banyak. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan
perusahaan-perusahaan tersebut melakukan sebagian besar pendanaannya melalui
dana yang dihasilkan secara internal.
6.
Pajak
Bunga
merupakan suatu beban pengurang pajak, dan pengurangan ini lebih bernilai bagi
perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Jadi, makin tinggi tarif pajak suatu
perusahaan, maka makin besar keunggulan dari utang.
7.
Kendali
Pengaruh
utang dibandingkan saham pada posisi kendali suatu perusahaan dapat
mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen saat ini memiliki kendali hak suara
(lebih dari 50 persen saham) tetapi tidak berada dalam posisi untuk membeli
saham tambahan lagi, maka manajemen mungkin akan memilih utang sebagai
pendanaan baru. Pertimbangan kendali dapat mengarah pada penggunaan baik itu
utang maupun ekuitas karena jenis modal yang memberikan perlindungan terbaik
kepada manajemen akan bervariasi dari satu situasi ke situasi yang lain.
8.
Sikap Manajemen
Manajemen
dapat melaksanakan pertimbangannya sendiri tentang struktur modal yang tepat.
Beberapa manajemen cenderung lebih konservatif dibandingkan yang lain, dan
menggunakan utang dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata
perusahaan di dalam industrinya, sementara manajemen yang agresif menggunakan
lebih banyak utang dalam usaha mereka untuk mendapatkan laba yang lebih tinggi.
9.
Sikap Pemberi
Pinjaman dan Lembaga Pemeringkat
Tanpa
mempertimbangkan analisis manajemen sendiri atas faktor leverage yang tepat bagi perusahaan, sikap pemberi pinjaman dan
lembaga pemeringkat sering kali akan mempengaruhi keputusan struktur keuangan.
Perusahaan sering kali membahas struktur modalnya dengan pihak pemberi pinjaman
dan lembaga pemeringkat serta sangat memperhatikan saran mereka.
10.
Kondisi Pasar
Kondisi
pasar saham dan obligasi mengalami perubahan dalam jangka panjang maupun jangka
pendek yang dapat memberikan arah penting pada struktur modal optimal suatu
perusahaan. Perusahaan berperingkat rendah yang membutuhkan modal terpaksa
pergi ke pasar saham atau pasar utang jangka pendek, tanpa melihat sasaran
struktur modalnya. Namun, ketika kondisi melonggar perusahaan-perusahaan ini
menjual obligasi jangka panjang untuk mengembalikan struktur modalnya kembali
pada sasaran.
11.
Kondisi
Internal Perusahaan
Kondisi
internal suatu perusahaan sendiri juga dapat berpengaruh pada sasaran struktur
modalnya. Perusahaan dapat menjual penerbitan saham biasa, menggunakan hasilnya
untuk melunasi utang, dan kembali pada sasaran struktur modalnya.
12.
Fleksibilitas Keuangan
Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menghimpun modal dengan persyaratan yang wajar dalam kondisi yang buruk. Potensi kebutuhan akan dana di masa depan dan konsekuensi kekurangan dana akan mempengaruhi sasaran struktur modal, makin besar kemungkinan kebutuhan modal dan makin buruk konsekuensi jika tidak mampu untuk mendapatkannya, maka makin sedikit jumlah utang yang sebaiknya ada di dalam neraca perusahaan.
E.
Rasio Struktur
Modal
Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial suatu perusahaan, perlu mengadakan analisa atau interprestasi terhadap data finansial dari perusahaan bersangkutan, dimana data finansial itu tercermin didalam laporan keuangan.
Menurut Sjahrial dan Purba (2013:37) rasio struktur modal terdiri dari:
1. Rasio Total Utang Terhadap Total Aktiva (Total Debt to Total Assets Ratio/DAR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa
besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Semakin tinggi rasio ini
berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada
aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Rasio DAR = Total utang x 100%
Total aktiva
2.
Rasio Total Utang Terhadap
Modal (Total Debt to Equity Ratio/DER)
Rasio ini digunakan untuk
mengukur perimbangan antara kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal
sendiri. Rasio ini juga dapat berati sebagai kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban membayar utangnya dengan jaminan modal sendiri.
Total ekuitas
3. Rasio Utang Jangka Panjang
Terhadap Modal (Long Term Debt to Equity
Ratio/LDER)
Rasio ini digunakan untuk menunjukkan
hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan kreditur dengan
jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Rasio ini juga
digunakan untuk mengukur seberapa besar perbandingan antara utang jangka
panjang dengan modal sendiri atau seberapa besar utang jangka panjang dijamin
oleh modal sendiri.
Total ekuitas
Terimakasih mantap pak
ReplyDeleteSama2 Pak
Delete